
Bogor, – Badan Gizi Nasional (BGN) mengambil alih komando dalam investigasi kasus dugaan keracunan massal yang menimpa ratusan siswa di Kota Bogor, Jawa Barat, setelah mereka mengonsumsi makanan dari program Makan Bergizi Gratis (MBG). Jumlah korban yang dilaporkan mengalami gejala keracunan terus bertambah, kini mencapai 171 siswa dari tingkat Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), hingga Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang tersebar di 13 sekolah. Kepala Badan Gizi Nasional, Dadan Hindayana, pada Sabtu (10/5/2025), menegaskan bahwa pihaknya tengah melakukan pendalaman intensif untuk menemukan sumber pasti masalah ini.
“Sumber masalah dalam pendalaman,” ujar Dadan Hindayana kepada wartawan. Ia menambahkan bahwa BGN saat ini juga tengah menantikan hasil uji laboratorium terhadap sampel makanan yang telah diambil. “Menunggu hasil lab,” jelasnya, seraya menyebut bahwa rilis hasil laboratorium tersebut akan dikoordinasikan dengan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor.
Jumlah Korban Meningkat Signifikan, Investigasi Diperluas
Kasus dugaan keracunan ini pertama kali mencuat pada Rabu (7/5/2025) malam, dengan laporan awal menyebutkan puluhan siswa di kawasan Tanah Sareal, Kota Bogor, mengalami gejala seperti mual, muntah, diare, dan demam setelah menyantap hidangan MBG yang diproduksi oleh salah satu Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) setempat. Namun, data korban terus berkembang seiring dengan pendataan yang dilakukan oleh Dinkes Kota Bogor.
Hingga Kamis (8/5/2025), jumlah korban yang terdata telah melonjak menjadi 171 siswa dari 13 sekolah berbeda. Peningkatan signifikan jumlah korban ini mendorong intervensi dari lembaga tingkat nasional seperti Badan Gizi Nasional untuk memastikan penanganan dan investigasi berjalan komprehensif.
Sebelum BGN turun tangan, Dinas Kesehatan Kota Bogor telah melakukan berbagai langkah awal. Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor, dr. Sri Nowo Retno, sebelumnya menjelaskan bahwa pihaknya telah melakukan investigasi epidemiologis untuk mencari sumber kejadian. Langkah ini termasuk berkoordinasi dengan pihak sekolah dan instansi terkait dalam upaya penanganan korban, pengambilan sampel makanan dan minuman dari dapur MBG, sampel muntahan dari pasien yang dirawat di rumah sakit, hingga sampel usap pada wadah makanan dan para penjamah makanan.
Beberapa siswa yang mengalami gejala lebih berat sempat dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan intensif. Berdasarkan laporan hingga Jumat (9/5/2025), masih ada siswa dan bahkan beberapa guru yang menjalani rawat inap, sementara sebagian lainnya telah diperbolehkan pulang setelah kondisinya membaik. Pemerintah Kota Bogor telah menyatakan akan menanggung biaya perawatan bagi para korban yang masih dirawat.
Fokus BGN: Temukan Akar Masalah dan Cegah Terulang
Keterlibatan Badan Gizi Nasional dalam penyelidikan kasus di Bogor ini menunjukkan keseriusan pemerintah pusat dalam menangani isu keamanan pangan, terutama yang berkaitan dengan program nasional berskala besar seperti Makan Bergizi Gratis. BGN memiliki mandat untuk memastikan kualitas dan keamanan gizi makanan yang dikonsumsi masyarakat, termasuk yang disediakan melalui program pemerintah.
Investigasi yang dilakukan BGN akan difokuskan untuk mengidentifikasi secara pasti “sumber masalah” yang menyebabkan keracunan massal ini. Apakah disebabkan oleh kontaminasi bakteri pada bahan baku, proses pengolahan makanan yang tidak higienis, masalah dalam penyimpanan dan distribusi, atau faktor lainnya. Hasil uji laboratorium terhadap sampel makanan akan menjadi kunci untuk mengungkap penyebabnya.
Kejadian di Bogor ini bukan kali pertama dugaan keracunan massal dikaitkan dengan program MBG. Sebelumnya, insiden serupa juga dilaporkan terjadi di beberapa daerah lain seperti Cianjur, Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI) di Sumatera Selatan, dan Bandung, yang juga tengah ditelusuri oleh BGN dan pihak terkait lainnya. Rentetan peristiwa ini menggarisbawahi urgensi untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap standar operasional prosedur (SOP), pengawasan mutu, dan keamanan pangan dalam seluruh rantai program MBG.
Diharapkan, hasil investigasi yang dilakukan oleh Badan Gizi Nasional bersama Dinas Kesehatan Kota Bogor dapat segera memberikan kejelasan mengenai penyebab pasti keracunan di Bogor. Lebih penting lagi, temuan ini harus menjadi dasar untuk perbaikan sistemik dalam pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis secara nasional, sehingga insiden yang membahayakan kesehatan anak-anak sekolah ini tidak terulang kembali di masa mendatang. Keselamatan dan kesehatan siswa harus menjadi prioritas utama dalam setiap program yang dijalankan pemerintah.